Ngaca

Kadang diri selalu lupa untuk berkaca, selalu lupa untuk bermuhasabah. Apakah kita tak ingat bahwa Tuhan hanya memberikan waktu untuk kita tinggal hanya dalam sekejap mata? Berapa ratus kali mulut ini tak bicara apa adanya? Melupakan kodrat kita sebagai manusia yang tempatnya salah untuk saling memaafkan?
Bahkan manusia terlalu sombong untuk meminta maaf dan saling mengingatkan. Terlalu angkuh untuk berbicara hal-hal yang sesuai dengan realita. Coba ingatkah kita, berapa ratus hati manusia yang sudah kita sakiti dengan ucapan-ucapan kita?
Lebih tajam ketimbang pisau dapur yang kau gunakan untuk mencincang daging-daging itu? Karena kata-kata yang keluar dari lisan kita dapat menyiratkan ribuan makna. Kata-kata yang dapat membahagiakan, bahkan melukai hati, mengiris perasaan manusia, mematikan sebuah asa, memunculkan sebuah amarah, kebencian dan kedengkian, menimbulkan sebuah perselisihan, dan masih banyak hal lain yang tak bisa kuungkapkan.

Bicara apa adanya, untuk memulai bicara kita hanya membutuhkan waktu beberapa tahun saja. Namun untuk belajar tutup mulut, belajar untuk tak membuka aib-aib saudara kita kita membutuhkan waktu seumur hidup. Iya seumur hidup, until our dying day. Bahkan, banyak orang yang belum lulus akan ujian ‘tutup mulut’ itu. Karena tak mudah, amat sangat tak mudah..

Komentar