Keturunan Raden Ahmad

Keturunan Raden Ahmad
Jrangoan adalah sebuah daerah pelosok yang terletak di kabupaten Sampang Madura berupa daerah yang tidak begitu subur untuk areal pertanian maupun perkebunan karena tandus dan sulit air. Tetapi Jrangoan merupakan daerah yang subur untuk tumbuhnya bibit-bibit pemimpin umat yang patut diteladani oleh seluruh masyarakat. Di Jrangoan inilah lahir seorang tokoh dari keturunan Sunan Ampel bernama Raden Ahmad yang dikenal dengan sebutan Bujuk Ahmad. Beliau dikenal sebagai salah satu sosok yang alim dibidang ilmu agama dan tokoh yang digdaya menghadapi para penjahat dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya.
Dari cucu Raden Ahmad lahirlah delapan orang putra, dua diantaranya bernama Raden Ghulab dan Raden Sirojuddin. Raden Ghulab mempunyai banyak keturunan yang menjadi panutan ditengah-tengah masyarakat. Demikian juga keturunan Raden Sirojuddin menjadi tokoh-tokoh sentral dalam perjuangan Islam di masanya. Dari Bujuk Ahmad inilah lahir keturunan tokoh-tokoh terkenal dan berjiwa bersih dengan keistiqamahan yang luar biasa dan menyebar di seluruh nusantara. Salah satu dari keturunan Bujuk Ahmad yang cukup melegenda adalah Muhammad Tahri yang kemudian dikenal dengan nama Kiyai Tahri atau KH. Ishaq. Muhammad Tahri terlahir dari rahim Nyai Afiyah hasil perkawinan-nya dengan Kiyai Zaini. Beliau lahir pada hari Senin tanggal 5 September 1925 M bertepatan dengan tahun 1346 H di Jrangoan Sampang. Muhammad Tahri adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Empat bersaudara tersebut adalah:
1. Munhari
2. Hakimah
3. Khasiyah
4. Muhammad Tahri

Untuk kehamilan yang keempat ini tidaklah disangka-sangka sebab ketika Kiyai Zaini wafat tidak ada tanda-tanda kehamilan diperut Nyai Afiyah. Baru tiga bulan kemudian diketahui bahwa Nyai Afiyah sedang hamil muda. Dengan demikian Muhammad Tahri sejak lahir tidak pernah tahu seperti apa sosok ayah kandungnya. Sebuah proses kelahiran yang mirip dengan Nabi Muhammad SAW yang juga ditinggal wafat ayahandanya ketika masih belum terlihat tanda-tanda kehamilan di perut Sayyidah Aminah ibunda beliau.
Nyai Afiyah adalah seorang hafidhah, orang yang hafal Al-Qur’an dimana pada saat itu masih sulit menemukan penghafal Al-Qur’an apalagi seorang perempuan. Nyai Afiyah dalam menghafal Al-Qur’an menggunakan sebuah batu sebagai tempat duduk dan batu itupun berbekas seperti gambar pinggul. Hal Ini menunjukkan bahwa Nyai Afiyah istiqamah duduk di atas batu itu dalam waktu yang cukup lama. Batu tempat duduk menghafal Al-Qur’an itupun menjadi barang keramat sehingga tidak boleh ada orang yang melangkahinya karena orang tersebut bisa jatuh sakit.
Setelah Nyai Afiyah wafat agar tidak dikultuskan dan membahayakan orang lain, maka batu itupun diikutkan kedalam kuburan beliau dan yang bisa mengangkatnya hanya Nyi Lora . Nyai Afiyah mempunyai nasab yang sama dengan Kiyai Zaini, yakni sama-sama keturunan Bujuk Ahmad melalui Raden Sirojuddin, merupakan keturunan yang kelima. Sedangkan Kiyai Zaini keturunan Bujuk Ahmad yang ketujuh melalui jalur Raden Ghulab.

Komentar

  1. setahu saya dari silsilah bujuk ahmad... nyai afiyah adalah keturunan dari Raden Syafi'i bin yasin bin muhammad bin Raden ahmad. mohon dikoreksi

    BalasHapus

Posting Komentar